Selasa, 25 Februari 2014

Mallibu Ittello (Konsepsi Persatuan Manusia Bugis)

Tiap individu terlahir dan berkembang dengan keunikannya. Sehingga tidak ada satupun individu yang identik dengan individu lain. Individu selalu khas dibanding individu lain. Ketika individu ini berkumpul membentuk komunitas, maka keragaman dan keunikan itu membentuk sinergitas tersendiri. Komunitas akhirnya menciptakan keunikannya sendiri, berdasar keunikan individu pada ruang dan waktu yang bersangkutan yang memiliki pengetahuan lokal tersendiri, pun juga dengan makna-makna referensial sendiri. salah satunya adalah kebudayaan di jazirah selatan sulawesi.



Di zaman dahulu, orang Bugis memiliki sejarah yang dinamis. Pernah mengalami kondisi stabil, dinamika politik, peperangan hingga model resolusi pasca konflik. Sehingga, tidak jarang kita temukan dalam naskah attoriolong (kitab sejarah bugis), terselip pesan-pesan filosofis-politis. Atau pesan bijaksana dalam tata kelola negara dan masyarakat. Begitupula pada tradisi tutur masyarakat, terkadang kita temukan idiom yang berkaitan dengan hubungan sosial.


Kembali pada relasi sosial orang Bugis dimasa lalu, pemahaman akan dialektika gagasan dan pentingnya persatuan direpresentasikan pada idiom Mallibu Ittello yang secara harfiah bermakna, bulat bagai telur. Ketika orang Bugis dimasa lalu melakukan musyawarah, tentu ada silang pendapat. 
Musyawarah itu disebut Tudang Sipulung atau arti harfiahnya duduk bersama. Ada juga yang menyebutnya dengan Assipetangngareng atau saling berbagi pendapat. Setelah didapatkan kesimpulan, itulah hasil mufakat yang disepakati. Tentu, ada pihak yang tidak 100% setuju. Namun, kesepakatan yang diambil, harus dijalani bersama. Seperti kita ketahui bersama, bahwa bentuk bulat pada telur tidaklah simetris, namun agak oval atau lonjong. Inilah maksud dari Mallibu Ittello. Bahwa komunitas tersebut, bersatu pada satu kesepakatan meski semua individu tidak sama persis pemikirannya. Hal ini menyiratkan pentingnya mendahulukan persatuan untuk kepentingan bersama daripada egoisme individu. Meski disaat bersamaan juga mengakui kekhasan dan keunikan individu.

Jika kedua tangan kita dirapatkan, masing-masing jari bersilangan, dan telur ditengah, maka sekuat apapun dorongan tapak tangan kanan dan kiri tidaklah dapat memecahkan telur. Hal ini menyimbolkan kekuatan telur tersebut. Telur, disimbolkan sebagai awal kehidupan sehingga merepresentasikan makna hasil permufakatan sebagai awal dari implementasi kedepan yang akan dijalankan.


Mallibu Ittello sebagai sebuah konsep, dimana merupakan titik pertemuan antara jiwa demokrasi yang mengakui hak berpendapat disatu sisi, dan kolektivitas disisi lain. Kekuatan yang lahir dari persatuan disatu sisi, dan keragaman disisi lain. Antara kebersamaan dalam mengeluarkan pendapat di satu sisi, dan implementasi kesepakatan di sisi lain. Mallibu Ittello merupakan sebuah capaian prestasi sosial orang Bugis dimasa lalu, yang kini terkadang semakin terlupakan. 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Subscribe to our Newsletter

Contact us

user.kapaupau@gmail.com

A Luta Continua camerad!