RIWAYAT
HIDUP
/ BIOGRAFI SINGKAT
Max Horkheimer lahir 14 Februari 1895 di Zuffenhausen, dekat
Stuggart, Jerman. Ayahnya, Moritz (Moses) Horkheimer mendidik dengan keras dan
otoriter. Ayahnya, menuntut Horkheimer mengelola pabrik tenun milik
keluarganya. Sekalipun tertekan, Horkheimer mengikuti saja yang apa yang dimaui
ayahnya itu. jadilah ia direktur muda. Max Horkheimer adalah
anak dari Moriz Hokheimer yang berkebangsaan Yahudi.
Ia dididik dengan ketat dan otoriter supaya dapat meneruskan usaha perusahaan
tenun ayahnya. Dalam persahabatan dengan Friedrich
Pollock, ia berkenalan dengan dunia seni. Pada waktu
kemudian, Horkheimer menginggalkan perusahaan tenun ayahnya karena ia dilarang
menikahi Rose Christine Rieckher, sekretaris ayahnya, yang berusia sembilan
tahun lebih tua. Setelah itu, ia berkenalan dengan filsafat dan
belajar bahasa Perancis lewat
buku yang berjudul Aphorisme
on The Wisdom of Life. Buku inilah yang akan memengaruhi pemikirannya yang
pesimistis terhadap rasionalisme yang
mengajarkan kehendak buta
manusia yang mengakibatkan tragedi manusia itu sendiri.
Tahun 1923 Horkheimer
lulus dengan disertasi tentang Immanuel Kant.
Tiga tahun kemudian ia dikukuhkan sebagai guru besar di Universitas
Frankfurt dan
semakin mendalami filsafat Kant dan Hegel.
Ia juga akhirnya menikahi Rose Christine Rieckher. Setelah Perang Dunia I,
perubahan peta politik membuat
suksesnya Revolusi
Bolshevik di Rusia,
sehingga banyak cendikiawan Jerman yang beraliran kiri bergabung dengan Sekolah
Frankfurt yang beraliran Marxisme.
Dari sinilah Horkheimer berupaya untuk menyatakan kritiknya terhadap rakyat
yang dicekam oleh kemajuan dalam kebebasan individunya.
Bulan Januari 1931,
Horkheimer diangkat sebagai direktur baru Sekolah Frankfurt. Inilah zaman
keemasan Sekolah Frankfurt, namun pada tahun 1933 yang beranggotakan kebanyakan
orang-orang Yahudi bermigrasi ke Amerika karena
tekanan Nazisme.
Sekolah Frankfurt berpindah ke Amerika dan berafiliasi dengan Universitas
Columbia. Pengalamannya di Amerika makin
membuat keprihatinan besar Horkheimer terhadap masyarakat kapitalisme,
sehingga pada tahun 1940 para ahli dari Frankfurt sangat pesimis, sebab individu makin
terbelenggu oleh sistem.
Pemikirannya menjadi pesimis sebab pembebasan tidak mungkin dijalankan dalam
masyarakat modern, dia pun menjadi sangat spekulatif dan refleksif, dia memilih
agar filsafat diam karena ketidakmampuannya mendorong perubahan.
Pada tahun 1950 dia
kembali ke Jerman dan menjadi inspirasi bagi gerakan mahasiswa radikal dalam
SDS (sizialisticher Deustscher Studentenbund), namun dia sendiri tidak
setuju dengan gerakan itu karena memakai kekerasan dalam melakukan aksi demonstrasi.
Kemudian Horkheimer justru ditolak oleh para mahasiswa,
bahkan dimusuhi hingga mengalami trauma. Pada akhirnya dia menjadi seorang yang religius,
sebab menurutnya kebenaran tidak mungkin ada tanpa adanya Allah.
Hal ini memengaruhi warna dari Sekolah Frankfurt juga, yang tadinya optimis menjadi pesimis terhadap
perubahan masyarakat.
Dia meninggal pada 7 Juli 1973.
Ada sahabat sejati Horkheimer yang terus mempengaruhi hingga
semakin tidak nyaman Horkheimer bekerja menuruti kemauan ayahnya itu, yakni Friedrich
Pollock. Pollock, 9 tahun lebih tua dari Horkheimer, anak pengusaha Yahudi,
yang terlatih berdagang sebelum ikut berdagang. Berkat pertemanan ini,
Horkheimer menyukai bidang seni, sesuatu yang merupakan bidang baru baginya.
Dari pengaruh Pollock, ia menyukai filsafat dan masuk ke Frankfurt School. Persahabatan
antara Pollock dan Horkheimer bisa dikatakan cukup lama. Hubungan sosial ini
terbentuk karena kesesuaian kepribadian antar mereka. Jika Horkheimer sering
terbawa mood dan temperamental, sebaliknya emosi dan kendali diri Pollock lebih
stabil dan sangat obsesif. Pollock pragmatis, realis, penuh kewaspadaan dan
sering mengatur rutinitas sederhana untuk membantu Horkheimer. Nama popularitas
Horkheimer juga karena kepiawaian mengajar. Seperti dinyatakan Martin Jay,
”
Hal yang paling indah adalah mengajar, bahkan selama liburan ia tidak
kehilangan kontak untuk mahasiswa ” (Martin Jay, 2005 : 405).
Sekalipun
Marx Horkheimer bukan orang pertama diserahi mengelola The Frankfurt Institute
for Social Research (Institute fur Sozialforsschung), tetapi dari sentuhan
Horkheimer lembaga ini menemukan bentuknya, terutama saat ia menjabat sebagai
direktur (1931-1958). Pada usia muda (35 tahun), Horkheimer tidak hanya
mengambil keputusan penting agar institut tetap eksis, tetapi juga mengupayakan
agar pemikiran-pemikiran dalam institut tetap independen tidak terkooptasi
kepentingan politik manapun. Sebuah keputusan dan mungkin, juga tantangan
sekelompok intelektual yang tidak lazim khususnya pada periode 1923-1950.
Sekalipun Horkheimer menekuni disiplin keilmuwan yaitu
kebudayaan dan filsafat, tetapi The Frankfurt Institute for Social Research
(Institute fur Sozialforsschung) diperkuat oleh ilmuwan dengan beragam latar
belakang (filsafat, psikologi, sosiologi dan sastra). Uniknya, sekolah ini juga
menerima pendekatan empiris, beberapa penelitian empiris telah dilakukan, salah
satunya, Studies on Authority and The Family (German Studies in Prejudice).
Dalam perjalanan The Frankfurt Institute for Social Research, peran penting
Horkheimer yakni memikirkan dan memfasilitasi pengungsian ke Universitas
Columbia, New York. Sampai akhirnya mereka kembali ke Jerman tahun 1949.
Pelarian ke Amerika ini ternyata tidak hanya membuat
perkembangan cukup pesat bagi kiri baru di Amerika, tetapi dengan
berinteraksinya para pendukung institut dengan ilmuwan-ilmuwan empiris Amerika,
seperti: Charles Beard, Robert MacIver, Wesley, Mitchell, Reinhold Niebuhr,
Robert Lynd dan beberapa ilmuwan dari Universitas Columbia, maka pengembangan
teoritis Madzab Frankfurt semakin matang.
Ilmuwan-Ilmuwan
yang Menginspirasi
Ketika Horkheimer menjadi mahasiswa di Universitas Jerman,
Hans Cornelius adalah guru yang sangat inspiratif, memiliki daya kritis luar
biasa. Dari gurunya itu Horkheimer mendapat tugas menganalisis buku Immanuel
Kant yang berjudul Critique of Judgement. Dari situlah, hubungan Horkheimer
dengan Cornelius semakin akrab dan membuat Horkheimer menaruh perhatian atas
teori kritis. Nantinya bisa disimpulkan bahwa gagasan tentang perlunya teori
yang menggugah sangat dipengaruhi dari gurunya itu. Kemudian, pengaruh
karya-karya teoritis yakni pertama, Schopenhauer dan Immanuel Kant. Pollock
pernah memberikan buku karangan Schopenhauer yang berjudul Aphorisms on the
Wisdom of Life. Selain dari gagasan-gagasan Cornelius, pesimisme Horkheimer
tentang masa depan masyarakat yang baik juga didapat dari Schopenhauer ini.
Ketertarikan yang kedua, ketika Horkheimer tergila-gila
dengan pemikiran Kant, Hegel dan Karl Marx. Bagi Horkheimer, Immanuel Kant
adalah filsuf kritis pertama. Sebab, ia tidak mempersoalkan bagaimana
merumuskan dan mensistimatisir isi pengetahuan. Kant justru menyatakan bahwa
akal budi harus menilai kemampuan dan keterbatasannya, dan lewat itu akal budi
mengetahui sesuatu. Bagi pendukung teori kritis, bisa disimpulkan bahwa Kant
telah menemukan otonomi subyek dalam membentuk pengetahuannya. Hanya saja,
pemikiran Kant tetap dikritik karena masih a historis (Sindhunata, 1983 : 31).
Dari pemikiran Hegel yang sangat mengesankan Horkheimer
adalah mengetengahkan perjalanan akal budi untuk mencapai kesadaran diri yang
sempurna. Bagi Hegel, kesadaran diri yang lengkap justru ketika ada
tekanan-tekanan yang membuatnya bertarung. Dimana masing-masing unsur
mengandung kebenaran. Dari sinilah Horkheimer tertarik dengan cara berpikir
dialektika tersebut, bahkan dikatakan cara berpikir kritis adalah cara berpikir
yang dialektis.
Kemudian yang tidak kalah penting pemikiran Karl Marx,
terutama ketika mengkritik sistem ekonomi kapitalis. Dari pandangan sosial dan
politik, kapitalis benar-benar merendahkan derajat manusia. Akibat berkompetisi
memenangkan bisnis, para borjuis yang sekaligus pemilik modal mengeksploitasi
para kaum proletar. Hampir sama dengan Hegel dalam membongkar apa yang menjadi
persoalan masyarakat, Karl Marx memperkenalkan konsep dialektika. Hanya saja
dialektika Marx tidak bersifat idealis, tetapi materialis dengan melakukan
kritik-kritik politik dan ekonomi masyarakat. Horkheimer memandang bahwa kritik
ekonomi politik Marx sangat penting untuk mengokohkan kedudukan kritik pada
teori kritis. Menariknya, Horkheimer tidak luput merevisi gagasan-gagasan Karl
Marx tersebut, mengingat corak kapitalis ketika Marx mengemukakan teorinya
dengan ketika Horkheimer dan kawan-kawan hidup tidak sama. Kapitalisme Liberal
telah mengalami metamorfosis dan berubah menjadi kapitalisme monopolis. Corak
kapitalisme monopolis sama dengan kapitalisme negara, dimana kekuatan
masyakarat tidak murni digerakkan variabel-variabel ekonomi, tetapi sudah ada
intervensi kekuatan yang lebih besar yakni negara.
Selain beberapa pemikir besar tersebut yang mempengaruhi
pandangan dan gagasan Horkheimer. Juga, masih ada para filsuf yang juga tidak
boleh dikesampingkan, yakni : Nietzche, Dilthey dan Bergson. Pandangan Dilthey
yang menyatakan bahwa ilmu sosial lebih didasarkan pemahaman dan pengalaman
ulang disetujui oleh Horkheimer. Dimana dalam bahasa Horkheimer sebagai
kebermaknaan struktur sejarah. Hal yang tidak disetujui Horkheimer ketika
Dilthey menyatakan bahwa makna ini secara intuitif dapat ditemukan oleh
sejarawan yang mengalami ulang masalah yang ditelitinya dengan pikiran sendiri.
Singktanya, Horkheimer tidak setuju dengan metodologi Dilthey yang memasukkan
pendekatan psikologi untuk analisa sejarah ( ibid, hlm. 69).
Dari pandangan Bergson, Horkheimer tidak menyetujui
keyakinan dirinya bahwa intuisi sebagai sarana untuk menemukan kembali kekuatan
hidup universal. Ilmuwan yang menginspirasi dalam pembahasan Horkheimer bisa
dikatakan tidak sama dengan kebanyakan ilmuwan sosial yang lain. Jika ada tokoh
yang lebih pada gagasan dan teori-teori ilmuwan sebelum yang dibenarkan,
dikembangkan atau dimodifikasi, tetapi Horkheimer tidak seratus persen seperti
itu. Beberapa dimodifikasi, beberapa yang lain dikritik, tidak segan ia menolak
jika memang menurutnya tidak sesuai.
PEMIKIRAN
Dimulai dari tahun 1931 ketika Horkheimer menjabat
sebagai Direktur Sekolah Frankfurt menggantikan Carl Grunberg, dia berpidato
tentang filsafat sosial sebagai "interpretasi
filosofis tentang nasib manusia sejauh manusia bukan dipandang sebagai
individu, tetap sebagai anggota [masyarakat]. Jadi, obyek filsafat sosial
sekarang adalah semua kelembagaan yang bersifat material dan spiritual dari
kemanusiaan secara menyeluruh", bukan filsafat yang memaksa nilai
filosofis manusia dalam pengangguran, keterasingan dan penindasan yang
dilakukan oleh kelas penguasa. Dia memakai pandangan Karl Marx dalam anggapan bahwa kejiwaan manusia, kepribadian juga hukum, kesenian, filsafat
sebagai semata - mata cermin dari bidang ekonomi, dan bukan
dengan vulgar memakai sumbangan Hegel tentang kendali Roh, namun pada
dialektika antara realitas material dan mental. Dalam pikiran
yang bergerak di bidang ideologi inilah, ideologi dipandang sangat
berperan dalam ikut mengacaukan kenyataan sosial. Dua hal yang
menjadi perhatian teori kemasayarakatan Horkheimer adalah bidang sosiolgi
politik dan kebudayaan.
Ini adalah salah satu kutipan karya Horkheimer dalam buku Eclipse of Reason pada tahun 1933 ketika dia di Amerika
dalam puncaknya menentang kapitalisme. “
Individu-individu sejati zaman ini adalah martir-martir yang tenggelam dalam neraka-neraka
penderitaan dan keburukan dalam perlawanan mereka terhadap perbudakan dan
penindasan. Mereka bukanlah kepribadian-kepribadian yang mendongak, kaum
terkemuka seperti lazimnya. Pahlawan-pahlawan tak dikenal itu secara sadar menyatakaneksistensinya sebagai
individu-individu terhadap pembinasaan secara teror. Lain dengan mereka-mereka yang secara tidak sadar
menanggung pembinasaan itu lewat proses sosial. Martir-martir tak bernama dari kamp-kamp konsentrasi adalah simbol-simbol dari kemanusiaan yang mencoba untuk lahir.
Filsafat bertugas untuk menterjemahkan apa yang mereka kerjakan ke dalam bahasa
yang dapat didengar, meski suara mereka dibungkam oleh tirani.
Munculnya Sekolah Frankfurt berbarengan dengan suburnya kapitalisme
monopolis di Eropa. Sekolah Frankfurt, termasuk Horkheimer memandang
kapitalisme monopolis sebagai suatu tahap kapitalisme di mana usaha-usaha
raksasa menguasai pasar, mengatur dan menentukan harga, sementara
perusahaan-perusahaan kecil dengan serta mereta digulungnya. Hal ini cenderung
menghapuskan pasar dan dinamika persaingan bebas.
DIALEKTIKA PENCERAHAN
Karya yang terkenal dari Horkheimer adalah buku berjudul Dialektika Pencerahan yang ditulis bersama dengan Adorno pada tahun 1944. Isi buku tersebut adalah
kritik terhadapmodernitas,
yang dipandang oleh Adorno dan Horkheimer, sebagai sejarah dominasi atau penguasaan. Pemikiran ini
mirip dengan kritik Marx. Perbedaannya adalah
Adorno dan Horkheimer tidak menjelaskan sejarah penguasaan dari hubungan produksi, melainkan dari
dorongan psikologis manusia, yakni kehendak
untuk berkuasa. Paham kehendak berkuasa tersebut diambil alih dari Nietzsche. Karena itu,
Adorno dan Horkheimer mengkritik kesadaran yang ada pada masyarakat itu
sendiri, yakni kesadaran modern dengan rasiosebagai alat utama
dominasi. Selanjutnya, mereka juga menyimpulkan bahwa Pencerahan yang dipandang sebagai kemajuan dari
cara pandang mitologis, sebenarnya
telah menjadimitos itu sendiri. Kemudian mitos itu juga
menghasilkan penindasan dan penguasaan manusia yang satu terhadap yang lainnya.
Contoh kongkret dari penindasan itu adalah munculnya ideologi fasisme Jerman serta kemajuan teknologi yang memanupulasi manusia.
Dalam Dialectics
of Enlightenment (1972),
Horkheimer dan Adorno seolah memakai teori sebelumnya (Marx dll) namun juga
mengkritiknya. Jika Marx hanya pada kapitalisme, maka Horkheimer dan Adorno
memiliki lebih banyak aspek yang dipikirkan; politik, alam, kamausiaan dsb. Horkheimer
dan Adorno mengkritik 'dominasi' yang biasa dilakukan olehj filsafat barat,
bahkan karena terlalu mementingkan kemajuan dan rasionalisasi, maka alam begitu
saja menjadi obyek untuk dikuasai. Walau pun demikian, Horkheimer dan Adorno
tetap mengakui bahwa manusia membutuhkan makanan, pertanian dan industri bagi teknologi, namun semua itu
haruslah dikendalikan agar tidak menjadikan martabat manusia mengalami
kemunduran.
Namun yang terjadi adalah identitas manusia justru
direndahkan karena keinginan para penguasa, pada pemilik industri, manusia
menjadi alat bagi kemajuan teknologi. Dalam hal ini, selain kemajuan teknologi,
kakuasaan manusia juga sudah mengalami kealpaan untuk menghargai martabat
manusia lain. Hal ini terjadi dalam peristiwa pembantaian yang dilakukan oleh Nazi di bawah kekuasaan Hitler yang membantai manusia layaknya objek
saja.
TEORI KRITIS SEBAGAI SUMBANGAN
EMANSIPATORIS
Aufklarung atau
pencerahan sumbangan Kant dalam diri manusia dimanfaatkan
sebagai optimisme oleh Horkheimer. Manusia yang berakal budi dapat mengeluarkan
dirinya sendiri dari keterpurukan akibat pihak di luar dirinya. Di sini, akal
budi dianggap sebagai bekal untuk mengentaskan manusia yang menurut Horkheimer
irasional, padahal manusia haruslah rasional. Lalu Horkheimer memulai teori
kritisnya dengan pertanyaan-pertanyaan; "dapatkan teori rasional tentang
diri manusia dalam lingkungannya?",
"bagaimanakah teori ini menjadi emansipatoris?", "manakah teori
yang mampu mengembalikan manusia menjadi rasional kembali?", "di mana martabat dan kepenuhan individu dapat
terpenuhi?" dsb. Dari pertanyaan-pertanyaan inilah, dia berteori berbagai
bidang sosial dalam usaha menyadarkan manusia agar tidak terjerat proses
kapitalisme yang sedang memonopoli kemanusiaannya.
Kritik-kritik yang dipakai Horkheimer adalah kritik
[tradisional]] di mana terdapat tiga hal yang harus dilakukan; 1. dia harus
curiga dan kritis terhadap masyarakat, 2. ia harus berpikirhistoris,
3. ia harus tidak memisahkan teori dan praksis. Namun pada akhirnya terori ini
gagal menurutnya. Kegagalan itu terletak pada ketidakmampuan memberikan
pengertian rasional tentang manusia dalam alam lingkungannya. Namun sebaliknya,
justru membiarkan individu terbelenggu dalam masyarakat irasional. Dari
kegagalan inilah, maka teori kritis haruslah menjadi [emansipatoris].
Sifat Teori Kritis
1. Bersifat
historis, dikembangkan dalam situasi masyarakat yg kongkrit shg teori akan
mampu melakukan kritikan terhadap masyarakat yang sekarang ada dengan melihat perkembangannya
2. Kritis terhadap
dirinya sendiri, tidak terjebak pada ideologi, shg memungkinkan melakukan
verifikasi dengan refleksi
3. Melakukan
kritikan terhadap masyarakat dg membuka kedok-kedok ideologi dalam sistem yg
menindas
4. Bersifat
praktis, ingin mewujudkan sistem baru yg lebih manusiawi dan emansipatoris
menjadikan manusia sebagai subjek. Memihak kepada yang golongan yg tertindas
Aliran Kritis
Generasi Pertama
1. Pencarian
akar-akar yg menyebabkan cara berpikirnya manusia modern hasil pneerahan yg
cenderung irasional (cara berpikir positivis)
2. Proses
diterimanya dan pemraktikan cara berpikir positivis yg diterima oleh masyarakat
modern
Referensi
David
Ashley, Sociological Theory; Classical Statement, A Pearson Education Company,
USA, 2001
Gibson
Burrel dan Gareth Morgan, Sociological Paradigm and Organisational Analysis,
Heinemann Educational Books, New York, 1979
Martin
Jay, Sejarah Madzab Frankfurt; Imajinasi Dialektis dalam Perkembangan Teori
Kritis, Kreasi Wacana, Jogjakarta, 2005
Max
Horkheimer, Traditional and Critical Theory, dalam Paul Connerton, Critical
Sociology, Middlesex, Penguin Books, England, 1976
Horkheimer,
Dialektika Pencerahan, Ircisod, Jogjakarta, 2000
Sindhunata,
Dilema Usaha Manusia Rasional : Kritik Masyarakat Modern oleh Max Horkheimer
dalam Rangka Sekolah Frankfurt, Gramedia Jakarta, 1983
(Inggris)James
Bohman. 1999. "Horkheimer, Max". In The Cambridge Dictionary
of Philosophy. Robert Audi, ed. 393. London: Cambridge University Press.
Simon
Petrus L. Tjahjadi. 2007. Tuhan Para Filsuf dan Ilmuwan: Dari Descartes
sampai Whitehead. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 102-114.
(Indonesia) Dilema
Usaha Manusia Rasional, Jakarta: Gramedia, 1982
(Indonesia) Max
Horkheimer., Eclipse of Reason, New York: Oxford University Press, Hlm.
161
(Inggris)Peter
M. R. Stirk., Max Horkheimer - A New Interpretation, Great Britain:
Harvester Wheatsheaf, 1992
0 komentar:
Posting Komentar